Pembangunan
ekonomi yang menekankan pada pertumbuhan memandang bahwa keberhasilan
pembangunan suatu wilayah hanya ditandai oleh tingginya pertumbuhan ekonomi,
tanpa melihat aspek-aspek lainnya seperti ketimpangan pendapatan, kemiskinan
yang masih tinggi, dan sebagainya. Pembangunan sumber daya manusia memandang
manusia sebagai input dalam proses produksi, seperti halnya dengan
faktor-faktor produksi lainnya yaitu, tanah, modal dan mesin. Manusia digunakan
sebagai sarana untuk mengejar tingkat output yang tinggi tetapi dalam proses
ini manusia bukan sebagai pewaris dari apa yang telah dihasilkan. Pembangunan
yang mempunyai pendekatan kebutuhan dasar hanya berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan dasar manusia agar dapat keluar dari perangkat kemiskinan tanpa
memiliki pilihan-pilhan dalam meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan
pembangunan dengan kesejahteraan manusia memandang manusia dalam proses
pembangunan hanya sebagai penerima bukan sebagai peserta yang berpartisipasi
aktif dalam pembangunan (agen pembangunan).
Sumber daya
manusia adalah faktor yang memiliki tingkat urgensi tertinggi dalam faktor
produksi pada suatu kegiatan ekonomi. Karena memiliki tingkat kepentingan
tertinggi, maka manusia dapat memberikan daya ungkit bagi pembangunan ekonomi.
Sehingga pembangunan ekonomi dalam jangka panjang semestinya memasukkan
unsur-unsur perencanaan strategis bagi pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Selama lima
dasawarsa pada bagian kedua abad ke 20 ternyata pembangunan yang dilakukan
negara-negara berkembang banyak yang tidak mampu mensejahterakan penduduknya.
Hal ini di sebabkan kesalahan dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia.
Kebutuhan
dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia
menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki, kebutuhan menyatakan bahwa setiap
manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan,
cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997). Beberapa
kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar daripada kebutuhan lainnya. Oleh
karena itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya.
Kebutuhan dasar manusia seperti makan ,air, keamanan dan cinta merupakan hal
yang penting bagi manusia. Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia
tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia
dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan. Besarnya kebutuhan
dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang
sehat-sakit.
Dengan
berlakunya Undang-Undang otonomi daerah, upaya penanganan kebutuhan dasar
beralih ke daerah. Pada akhirnya pembangunan daerah harus mampu meningkatkan taraf
hidup semua lapisan masyarakat yang dicirikan antarlain oleh kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar bagi semua lapisan masyarakat di daerah yang bersangkutan.pemenuhan kebutuhna
dasra manusia, selain harus merupakantarget pembangunan, juga merupakan bagian
dari hak asasi manusia yang perlu di
kembangkan dan di jamin.
Kabupaten Bandung merupakan sebuah wilayah administratif yang luas.
Agar pembangunan dapat dirasakan secara merata maka diperlukan aparat
pemerintahan yang membuat perencanaan dan melaksanakan pembangunan. Selain
aparat pemerintahan, peran aktif masyarakat adalah roda penggerak pembangunan.
Sinergi aparat pemerintahan dengan masyarakat yang baik diharapkan pembangunan
dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Kabupaten Bandung saat ini memilik
desa sebanyak 267 desa dan 9 kelurahan. Desa/Kelurahan tersebut tersebar di 31
Kecamatan.
Makalah
ini bertujuan untuk:
1.
Mengkaji
pemenuhan kebutuhan dasar manusia , membuat perencanaan dan maping kebutuhan
dasar manusia di Kabupaten bandung.
2.
Sebagai
syarat Mata Kuliah Pembangunan kebutuhan Dasar manusia.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Kondisi Geografi, Topografi dan Luas
Wilayah
Letak
geografisnya Kabupaten Bandung terletak pada 107° 22 ' - 108° 50 ' Bujur Timur
dan 6° 41 ' - 7° 19 ' Lintang Selatan. Sedangkan berdasarkan topografinya
sebagian besar wilayah di Kabupaten Bandung merupakan pegunungan atau daerah perbukitan
dengan ketinggian diatas permukaan laut bervariasi dari 500 m sampai 1.800 m. Kebutuhan
dasar yang dibutuhkan adalah bagaimana pemerintah daerah memberikan rasa aman
kepada masyarakat dari bencana tanah longsor, banjir dan lain-lain. Pemerintah
juga harus memberikan akses pasar baik untuk produksi maupun pasar untuk
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti sandang, pangan dan papan.
Beberapa
desa terletak ditepian hutan, tetapi sebagian besar berada di luar kawasan
hutan. Kabupaten Bandung juga dialiri oleh Sungai Citarum, keberadaan sungai
ini menguntungkan dari sektor pertanian, industri dan sebagai bahan baku air,
namun bila curah hujan cukup tinggi di daerah-daerah tertentu akan terjadi
genangan air. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu membangun sarana guna
mengatasi genangan air, bahkan mengatasi jika terjadi banjir. Hal ini perlu
agar masyarakat merasakan terlindungi dari berbagai macam hal penyakit, ataupun
yang lainnya.
Terkait dengan kebutuhan dasar
manusia, perbedaan geografis dan topografis juga mempengaruhi bentuk rumah
tempat tinggal dan model pakaian. Dalam rangka pembangunan kebutuhan dasar
manusia, Pemerintah Kabupaten Bandung harus memperhatikan kondisi geografis
sebagai faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar warga masyarakatnya dalam hal
pemenuhan kebutuhan fisiologis, mata pencaharian dan karakteristik tempat
tinggal dan berpakaian. Kondisi geografis dan iklim juga menentukan penanganan
kondisi kesehatan dan penyakit yang merupakan salah satu kebutuhan dasar warga
masyarakat, karena Jenis-jenis penyakit di daerah pesisir memiliki
karakteristik berbeda dengan jenis penyakit di daerah datar dan
pegunungan.
Penentuan kebutuhan dasar yang
didasarkan pada faktor kondisi geografis wilayah akan menentukan kebijakan,
strategi dan program dalam pembangunan daerah yang berparadigma “people
centered development”. Peran pemerintah Kabupaten Bandung yang
memperhatikan geografis akan mempengaruhi partisipasi masyarakat yang
didasarkan kondisi wilayah masing-masing dalam rangka pemenuhan kebutuhan demi
kelangsungan hidup dan terciptanya kesejahteraan warga masyarakat.
Program-program pembangunan pemerintah Kabupaten Bandung dengan tujuan
peningkatan kesejahteraan masyarakat harus memperhatikan faktor geografis dan
iklim wilayah karena memiliki pengaruh besar terhadap kebutuhan dasar warga
masyarakat yang mendiaminya.
Faktor Penduduk, tenaga kerja dan
Kualitas Hidup
Jumlah
penduduk Kabupaten Bandung adalah sebanyak 3.215.548 jiwa, terdiri atas:
laki-laki 1.638.623 jiwa (50,95 %) dan perempuan 1.576.925 jiwa (49,05 %). Jika
dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur,maka jumlah penduduk
kelompok umur produktif (15-64 tahun) mencapai 64,89 %, jumlah penduduk
kelompok umur muda (0-14 tahun) mencapai 31,17 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 tahun
ke atas) mencapai 3,94 %. Dari hal
tersebut di atas, dapat diketahui angka beban ketergantungan (dependency ratio)
mencapai 54.09 artinya pada setiap 100 penduduk produktif harus menanggung 54 penduduk tidak produktif.
Relatif
tingginya dependency ratio menunjukkan masih tingginya ketergantungan penduduk
yang kurang produktif, sehingga kondisi tersebut memunculkan banyak persoalan
sosial ekonomi dalam rumah tangga di Kabupaten Bandung. Persoalan tingginya
penduduk yang kurang produktif dapat disebabkan oleh beberapa hal: (1)
komposisi umur penduduk (usia produktif dengan usia belum/tidak produktif); dan
(2) pengaruh tingkat pengangguran dalam rumah tangga.
Persoalan
kependudukan mendasar lainnya di Kabupaten Bandung adalah masih tingginya
pertumbuhan jumlah penduduk. Tingginya pertumbuhan jumlah penduduk tersebut
dilihat dari perbandingannya dengan rata-rata pertumbuhan penduduk nasional
(1,49%). Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bandung diperkirakan mencapai 2,64%
pada tahun 2012. Persentase pertumbuhan penduduk tersebut bahkan lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan penduduk tahun 2011 (2,63%). Tingginya pertumbuhan
jumlah penduduk dipengaruhi oleh: (1) tingkat migrasi penduduk ke Kabupaten
Bandung; dan (2) pengaruh tingkat kelahiran jangka panjang yang berdampak pada
jumlah penduduk dalam jangka panjang. Tingginya jumlah penduduk mengandung
konsekuensi tingginya kebutuhan penyerapan lapangan kerja dan penciptaan
aktivitas-aktivitas usaha ekonomi produktif. Disisi lain, kemungkinan tingginya
pertumbuhan jumlah penduduk juga mengandung konsekuensi adanya peningkatan
eksternalitas sosial ekonomi di Kabupaten Bandung di tahun-tahun mendatang.
Kondisi
penduduk seperti yang disebutkan di atas, tentu memerlukan perencanaan yang
baik dari pemerintah kabupateb bangdung guna memenuhi kebutuhan dasar warganya.
Seperti, perumahan layak huni, lapangan kerja, pendidikan, layanan kesehatan,
juga termasuk di dalamnya terkait sarana dan prasarana transportasi.
Peningkatan
kualitas SDM ditandai oleh semakin meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia yang
dapat terlihat dari tiga indikator utama, yaitu kesehatan, pendidikan dan daya
beli. Dalam indikator pendidikan dapat diukur dari Angka Melek Huruf penduduk
dewasa serta rata-rata lama sekolah. Faktor lain yang berpengaruh terhadap
kualitas pendidikan adalah belum idealnya rasio siswa terhadap guru, rasio
siswa terhadap daya tampung sekolah dan rasio guru terhadap sekolah.
Pencermatan atas data sebaran RLS dan AMH menunjukkan bahwa ketersediaan sarana
prasarana, aksesibilitas, serta kondisi sosial ekonomi, berpengaruh pada
peningkatan RLS dan AMH. Peningkatan signifikan AMH dan RLS terjadi di
daerah/wilayah yang berkarakter urban, sementara kondisi di wilayah rural,
akibat berbagai sebab mengalami perlambatan. Perkembangan Angka Melek Huruf di
Kabupaten Bandung dari Tahun 2006 sampai dengan 2010 mempunyai kecenderungan
trend yang meningkat, walaupun rata-rata kenaikannya masih relatif kecil.
Jumlah
penduduk yang ada juga akan berdampak pada rasio ketersediaan lapangan kerja di
kabupaten bandung.
Dengan
kondisi jumlah pengangguran yang banyak di tabel tersebut, tentu pemerintah
juga harus berpikir untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat usia
produktif. Karena pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan kehidupannya baik sandang, pangan, papan,
kesehatan maupun pendidikan keluarga.
Data mengenai rasio jenis kelamin
sangat berguna dalam rangka pengembangan perencanaan pembangunan yang
berwawasan gender, terutama berkaitan dengan perimbangan dan keterwakilan bagi
tersedianya kebutuhan dasar penduduk baik laki-laki maupun perempuan dalam
proses dan hasil-hasil pembangunan. Keberadaan nilai sex ratio yang seimbang
merupakan keuntungan dalam pembangunan. Sebagaimana dikemukakan oleh Maslow
(1943) bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bersosialisasi sebagai
wujud rasa cinta untuk saling menyayangi dan memiliki yang disimbolkan dengan
berkeluarga sebagai bentuk sosial terkecil. Keseimbangan antara jumlah
laki-laki dan perempuan akan mempermudah terjalinnya hubungan saling menyayangi
dan memiliki dikarenakan semakin mengecilnya persaingan untuk memperoleh
pasangan.
Hal ini sesuai dengan Maslow
(1943) yang menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
dasar ketiga cenderung mengalami kegelisahan sosial (social anxiety).
Keadaan seperti ini berpotensi dapat mengganggu dan menghambat proses
pembangunan ekonomi karena aksi-aksi kekerasan, kegelisahan, dan kerusakan akan
membuat investor tidak nyaman.
Oleh karena itu keadaan sex rasio
Kabupaten Bandung yang seimbang merupakan sebuah keuntungan bagi proses
pemenuhan kebutuhan dasar manusia terutama kebutuhan dasar sosial menurut
Maslow yang akan memberikan pengaruh positif terhadap pelaksanaan proses-proses
pembangunan guna peningkatan kesejahteraan warga masyarakat Kabupaten Tegal.
Kepadatan Penduduk
Angka kepadatan penduduk di
Kabupaten Bandungterus menerus mengalami peningkatan. Kepedatan penduduk
tersebut berturut-turut dari tahun 2009 – 2013 adalah sebagai berikut : 1.617
orang/km2; 1.587 orang/km2; 1.593 orang/km2;
1.617 orang/km2; dan 1.806 km2, dengan laju pertumbuhan
alamiah penduduk tahun 2009 – 2013 adalah 0,07 persen.
Kepadatan
penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk dengan wilayah yang dihuninya.
Kepadatan penduduk berkaitan dengan space atau ruang bagi keberadaan
manusia. Secara langsung kepadatan penduduk berhubungan dengan kebutuhan dasar
manusia terhadap pemukiman, lahan pangan, dan persaingan memperoleh pekerjaan,
serta secara tidak langsung kepadatan penduduk dan pertumbuhan penduduk akan
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan terhadap kesehatan dan kesempatan
pendidikan. Persaingan sosial dalam wilayah yang terlalu padat dapat
menimbulkan konflik bila tidak dikelola dengan baik yang pada akhirnya akan
menghambat prose-proses pembangunan bagi terpenuhinya kebutuhan warga
masyarakat.
Bagi
Kabupaten Bandungdengan tingkat pertumbuhan penduduk alami sebesar 0.07 persen
per tahun atau kurang dari 1 persen sebagai pertumbuhan penduduk rendah yang
merupakan indikasi keberhasilan program menekan pertumbuhan jumlah penduduk.
Keberhasilan menjaga pertumbuhan penduduk alami ini harus terus dipertahankan
dengan pelaksanaan program seperti Keluarga Berencana, Program Peningkatan Kesehatan
Reproduksi Melalui Pendidikan dan Penundaan Pernikahan Usia Dini.
Tenaga Kerja
Di bidang
ketenagakerjaan, jumlah angkatan kerja Kabupaten Bandungterus mengalami
kenaikan. Tercatat pada tahun 2009 berjumlah 725.461 orang, tahun 2010: 739.994
orang, tahun 2011: 988.871 orang, tahun 2012 1.008.845 orang, dan di tahun 2013
terdapat 1.008.971 orang. Mayoritas penduduk Kabupaten Bandungmasih
bekerja di sektor pertanian dalam arti luas. Berdasarkan data yang ada pada
tahun 2012 sebanyak 140.420 orang (7,78%) yang menggeluti lapangan kerja di
sektor pertanian.
Jumlah
penduduk yang memilih sektor pertanian sebagai lapangan kerjanya, selama 4
tahun terakhir ini cenderung mengalami penurunan seiring dengan semakin
berkurangnya lahan pertanian karena beralih fungsi. Disinyalir mereka beralih
profesi ke sektor perdagangan, industri dan sektor lainnya. Terbukti jumlah
penduduk yang berprofesi di sektor perdagangan pada tahun 2012 sebanyak 120.441
orang (6,89%). Sektor lainnya yang cukup diminati masyarakat adalah sektor
industri pengolahan, dan sektor jasa kemasyarakatan yang masing-masing ditekuni
oleh 110.244 orang (5,22 %) dan 64.532 orang (3,13 %).
Kabupaten
Bandung memiliki Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 45,71
persen, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,06 persen dan Tingkat
Kesempatan Kerja sebesar 83,95 persen. Disadari bahwa bidang ketenagakerjaan di
Kabupaten Bandung masih menyisakan berbagai persoalan, diantaranya masalah
pengangguran. Jumlah pengangguran selama kurun waktu tiga tahun terakhir
mengalami fluktuasi. Tercatat pada tahun 2009 terdapat 150.682 pengangguran,
dan di tahun 2010 jumlahnya mengalami peningkatan menjadi 187.990 orang,
sedangkan di tahun 2011 turun menjadi 166.686 orang. Dengan semakin
meningkatnya jumlah angkatan kerja, Pemerintah Kabupaten Bandungterus mendorong
terbukanya lapangan kerja dan investasi yang selama ini belum menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan. Upaya penempatan TKI di luar negeri pun dilakukan.
Jumlah TKI selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 terdapat 330
orang TKI. Di tahun 2010 naik menjadi 461, dan di tahun 2011 naik lagi menjadi
490 orang, sementara di tahun 2012 turun menjadi 472 orang.
Hal penting
lainnya terkait dengan ketenagakerjaan adalah Upah Minimum Regional (UMR). Dari
tahun ke tahun UMR di Kabupaten Bandungterus mengalami peningkatan (rata-rata
per tahun sebesar 9%). Pada tahun 2009 UMR sebesar Rp. 640.000,- dan pada tahun
2010, 2011, 2012 naik menjadi Rp. 685.000,-; Rp 725.000,- dan Rp. 780.000,-.
Hal lain adalah terkait dengan urbanisasi tenaga kerja menuju kota-kota besar
disebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan atau tingkat ketrampilan dan
kemampuan kerja yang minim sehingga migrasi ke kota besar yang menyediakan
lapangan pekerjaan walaupun hanya pekerjaan informal.
Terkait
dengan permasalahan ketenagakerjaan, maka Pemerintah Kabupaten Bandungharus
mempertimbangkan perencanaan program-program pembangunann yang besifar padat
karya selain pengiriman TKI. Program lain yang dapat dijadikan altenatif adalah
pengembangan kewirausahaan tenaga kerja sehingga memicu tumbuhnya
wirausahawan-wirausahawan baru guna menciptakan lapangan pekerjaan dan
kesempatan kerja.
Pemerintah
Daerah Kabupaten Bandung wajib mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar bagi
kelompok keluarga pra sejahtera melalui program-program pengentasan kemiskinan
seperti program bantuan modal usaha, hingga penyedian atau perbaikan tempat
tinggal jika sasaran pembangunan tahapan keluarga pra sejahtera tersebut memang
memiliki keterbatasan kemampuan sumberdaya ekonomi dan berada dalam lingkaran
kemiskinan struktural.
Bagi tahapan
keluarga sejahtera I, program yang dibutuhkan lebih kepada pemberian akses
terhadap pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosial yang disesuaikan dengan
kebutuhan psikologis dan sosial yang dibutuhkan oleh kelompok keluarga tahap
sejahtera I, sebagai contoh kebutuhan psikologis berupa rekreasi maka perlu
diusahakan tempat rekreasi gratis seperti taman publik.
Faktor
pendidikan, Kesehatan dan Sosial
Walaupun
berkembang, tetapi kondisi nilai dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Bandungmasih diurutan ke-27 dari 35 kabupaten/kota se Jawa Tengah.
Oleh karena itu pembangunan manusia di Kabupaten Bandungharus menjadi sorotan
pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia warga
masyarakat Kabupaten Tegal.
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan perkembangan yang positif dalam
kurun waktu 3 tahun (2009-2012), tercatat pada tahun 2009 adalah 69,54 dan pada
tahun 2009 terjadi peningkatan kembali hingga angka 70,08 dan IPM tahun 2011
adalah 70,59 serta tahun 2012 sebesar 71,09 dengan indikator penentu IPM
yaitu angka melek huruf dari tahun 2009-2013 berturut-turut yaitu
(89,09% ; 89,21% ; 89,26% ; 89,47% dan 95,68%). Keseriusan Pemerintah dalam
meningkatkan pendidikan dasar dapat dilihat dari Angka Rata-rata
Lama Sekolah dari tahun 2009-2013 menunjukkan tren yang positif,
berturut-turut adalah (6,24 ; 6,42 ; 6,56 ; 6,60 ; dan 6,84 tahun).
Potensi
peningkatan angka IPM melalui indikator pendidikan dapat terus ditingkatkan
oleh Pemerintah Kabupaten Bandungmengingat fasilitas infrastruktur terkait
pendidikan sangat memadai. Jumlah fasilitas Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyyah di Kabupaten Bandungsebanyak 902 sekolah baik negeri maupun swasta,
sedangkan jumlah lembaga pendidikan SMP dan MTs baik negeri maupun swasta
berjumlah 178 sekolah, sedangkan untuk setingkat SMA dan MA total berjumlah 99
sekolah. Mengacu pada kebijakan nasional tentang pendidikan, maka Pemerintah
Kabupaten Bandungseharusnya memprioritaskan anggaran daerah dalam rangka
peningkatan melek huruf dan lama partisipasi sekolah. Kebijakan yang dapat ditempuh antara lain program peningkatan
subsidi pendidikan dasar 9 tahun oleh Pemerintah Daerah dan Pendidikan Dasar
Gratis.
Dimensi Kesehatan
Angka Harapan Hidup Kabupaten
Bandung menunjukkan tren positif, pada tahun 2009 yaitu 68,49 tahun, sedangkan
di tahun 2011-2012 yaitu 68,79 tahun dan tahun 2013 naik menjadi 69,12 tahun.
Peningkatan
angka harapan hidup di Kabupaten Bandungdidukung oleh keberadaan fasilitas
kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. Berdasarkan data tahun 2012, total
jumlah rumah sakit di Kabupaten Bandungadalah 3 rumah sakit negeri dan 4 rumah
sakit swasta, sedangkan jumlah puskesmas di Kabupaten Bandungberjumlah total 29
dengan jumlah tenaga kesehatan di puskesmas adalah 385 tenaga bidan desa dan
122 bidan puskesmas serta 26 perawat gigi.
Usaha
perbaikan anngka harapan hidup dapat dilakukan dengan fokus kegiatan di
puskesmas yang mempunyai akses paling dekat dengan warga masyarakat. Program
yang dapat dilaksanakan adalah menggiatkan kembali POSYANDU, pendampingan ibu
hamil, dan program persalinan gratis.
Dimensi Ekonomi
Indeks Daya
Beli Kabupaten Bandung dari tahun 2009 hingga 2013 berturut-turut
terdapat peningkatan yaitu : Rp. 634.240,- ; Rp. 637.090,- dan Rp 639.950,-.
Peningkatan daya beli masyarakat dapat ditingkatkan melalui program-program
dalam pembangunan ekonomi secara umum untuk meningkatkan pendapatan warga
masyarakat, salah satunya adalah program peningkatan nilai ekonomi produk
unggulan masyarakat Kabupaten Tegal.
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
1.
Letak
geografis wilayah Kabupaten Bandung yang meliputi daerah pegunungan, hutan dan
perkotaan menyebabkan perbedaan pemenuhan kebutahn dasar di tiap-tiap daerah. Peran
pemrintah memfokuskan pembangunan dalam rangka mengurangi kesenjangan di setiap
wilayah di kabupaten bandung.
2.
Jumlah
penduduk kabupaten bandung yang tinggi menyebabkan meningkatnya pemenuhan
kebutuhan dsar manusia, sehingga mempengaruhi kebijakan pemerintah daerah
terhadap penyiapan peluang kerjadalam rangka program peningkatan kesejehteraan
masyarakat.
Saran
Dalam
rangka pemenuhan kebutuhan dasar manusia di Kabupaten bandung beberapa hal yang
menjadi saran sebagai alternatif strategi dan program dalam pembangunan daerah adalah sebagai berikut :
1.
Program
peningkatan peran puskesmas dalam POSYANDU
2.
Program
keluarga berencana
3.
Program
pemberdayaan ekonomi lokal dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki
(pertanian, kehutanan dan perikanan darat)
4.
Program
peningkatan kesehatan reproduksi melalui pendidikan dan penundaan pernikahan
usia dini
5.
Peningkatan
jumlah akses pendidikan (pembangunan sekolah, ruang diskusi, ruang belajar dll)
6.
Program
pengembangan kewirausahaan tenaga kerja
7.
Bantuan
tenaga medis (bidan masuk desa dan sejenisnya)
8.
Program
bantuan modal usaha, penyediaan atau perbaikan tempat tinggal bagi keluarga pra
sejahtera
9.
Program
penyediaan taman rekreasi publik
10. Program pembanguanan
centra pengolahan hasil alam
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Bandung.
2013. Kabupaten Bandungl Dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bandung. Bandung.
Rusli, Said. 2014.
Pembangunan Kebutuhan Manusia Dasar Manusia – Bahan Kuliah. Manajemen
Pembangunan Daerah. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.